Senin, 15 Oktober 2012

Suatu Sabtu - Minggu yang Tidak Biasa

Sabtu dan Minggu...

Bagi kebanyakan orang, dua hari ini mungkin menjadi hal yang relatif begitu menyenangkan jika dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Kamu mungkin juga tidak terlalu terkejut dengan alasan mengapa saya berani menulis statement ini. Jelas saja karena pada dua hari ini, orang-orang bisa melakukan moment liburan. Walaupun bagi sebagian orang, mungkin hanya mendapat jatah berlibur di hari Minggu saja atau bahkan jatah liburnya lebih dari dua hari itu.

Well...

Tidak biasa. "Tidak biasa seperti apa nih, maksudnya?" Mungkin Kamu bertanya-tanya untuk mencari jawab.

Baik. Akan saya jelaskan.  Jadi, di dua hari ini, Sabtu dan Minggu (13-14 Oktober 2012), saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi panitia ITB Career Center 2012 yang berlangsung di Gedung Sabuga ITB.

Anyway, ITB Career Center 2012, bulan Oktober, merupakan jobfair terbesar di tahun 2012 yang diikuti oleh 74 perusahaan dengan latar belakang yang bermacam-macam. Acaranya diselenggarakan selama 3 hari (12-14 Oktober 2012). Namun, saya hanya ikut ambil bagian di dua hari terakhir saja.

Pada moment dua hari tersebut saya ditempatkan di ruang presentasi. Di sini, akan berlangsung presentasi dari perusahaan-perusahaan yang mendaftar untuk mempresentasikan segala hal tentang perusahaannya, meliputi sejarah berdiri, karir, prestasi, struktur dalam perusahaan, recruitment, dan tentu saja sesi tanya jawab bagi para peserta. Para peserta presentasi kebanyakan merupakan para jobseeker tetapi beberapa di antara mereka juga ada mahasiswa undergraduate yang ingin tahu lebih jauh tentang dunia perusahaan.
Ada 3 ruang presentasi, yang di dalamanya berlangsung presentasi dari beberapa perusahaan dengan latar belakang yang beragam. Beberapa ada yang berbasis perminyakan, pertambangan, konsultan, advertising, media & communication, construction, manufacturing, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di sini perusahaan-perusahaan dengan latar belakang yang sama diusahakan tidak akan ditempatkan di satu ruang yang sama pula. Perusahaan-perusahaan dengan latar belakang yang sama akan dibagi per ruang dengan komposisi yang sebisa mungkin sama. Sehingga dalam sebuah ruang presentasi, kita akan menemui sebuah perusahaan dengan background yang berbeda.

Dan saya ditempatkan di ruang presentasi 2.

Mendapatkan posisi untuk menjaga ruang presentasi merupakan satu kebahagiaan tersendiri bagi saya. Kenapa? Karena saya dapat dengan leluasa ikut serta mendengarkan prsentasi dari setiap perusahaan yang masuk dengan gratis. hehe...

Di sana, saya bertanggung jawab terhadap semua hal yang berkenaan dengan presentasi setiap perusahaan. Mulai dari mempersiapkan laptop, infokus,  dan juga microphone, mengedarkan buku tamu, serta sebagai PJ timekeeper yang mengingatkan slot waktu presentasi setiap perusahaan.

Ada suka duka yang saya alami sebagai penjaga ruang presentasi. Dan tentunya ada pelajaran berharga juga yang ingin saya bagi kepada kalian.


Satu ruang satu orang. Begitu yang saya alami, harus menjaga satu ruangan penuh sendirian. Karena partner saya yang sebelumnya diamanahi untuk menjaga ruang prsentasi 2 bersama saya secara tiba-tiba sakit dan tidak bisa ikut serta dalam acara. Dan percayalah, kawan. Ini sangat melelahkan. Mungkin kali ini saya harus percaya dengan kata-kata Danlap  Osjur Himpunan saya beberapa waktu yang lalu, bahwa lapangan itu sulit untuk diprediksi. Dan benar saja, selama dua hari ini, ada-ada saja hal tak terduga yang tiba-tiba terjadi. Seperti infokus yang bermasalah sehingga pihak perusahaan merasa jengkel lalu memarahi saya habis-habisan. 

Dan saat-saat pihak perusahaan marah seperti ini, sebetulnya saya merasa gondok setengah mati. Tapi kembali saya mengingat syarat awal ketika perekrutan panitia. Bahwa apapun yang terjadi, bagaimanapun keadaannya, senyum tetap menjadi harga mati. Jadi... ya, saya tetap mencoba untuk selalu tersenyum dengan maki-makian yang saya terima.

Suatu visualisasi manusiawi juga terlihat dengan gamblang di sini. Pernah dengar ungkapan "Ada gula ada semut?"
Ya...! Ungkapan itu nampaknya benar-benar mutlak benar untuk keadaan dua hari ini. Di mana dalam sebuah sistem yang yang di dalamnya terdapat begitu banyak kenikmatan, maka secara spontan sistem itulah yang akan diserbu oleh variabel-variabel terkait.

Ceritanya begini. Di hari Sabtu, waktu itu, di ruang 1 sedang berlangsung presentasi dari sebuah perusahaan energi yang bergerak dalam segala aspek tentang minyak dan gas, yang (katanya) terbesar di dunia. Sementara di ruang 2 (tempat saya berjaga) dalam waktu yang hampir bersamaan berlangsung presentasi dari perusahaan asing penghasil barang-barang konsumen. 

Dan tahukah Anda, betapa memprihatinkannya kondisi ruang presentasi ruang 2. Dalam tempo 1 jam jdwal presentasi, hanya ada satu orang saja yang masuk untuk mendengarkan presentasi dari perusahaan. Sehingga 1 orang dibriefing oleh 2 orang dari perusahaan tersebut.

Lantas di mana pengunjung dan jobseekers yang lain?  

Seperti sebuah magnet, ruang prentasi 1 yang diisi oleh perusahaan yang berbasis minyak menarik orang-orang Indonesia ke dalamnya. Dan dampaknya dua ruang prsentasi yang lain harus rela sepi. 

Dalam kasus ini, sangat terlihat tabiat orang Indonesia yang begitu bernafsu terhadap sesuatu yang berbau minyak. Banyak orang yang ingin ke sana. Banyak orang yang memaksa agar bisa masuk ke dunia perminyakan padahal jelas background mereka bukan di situ.

Apa yang sebenarnya mereka ingin cari? Saya pernah berbincang dengan kawan saya. Sebut saja namanya X.

X: Gw pengen ke Schlumberger boi.
A: Oh ya, kenapa? Bukannya sekarang kamu kuliahnya di Biologi?
X: Itu keinginan boi, semua pasti bisa berangkat dari  mimpi. Gw bisa ambil S2 di perminyakan kan...
A: (geleng-geleng)... Emang kalau udah di  sono mau ngapain?
X: Ya kerja. Dapet duit banyak.
A: (...)

Di sini saya cukup tahu alasan mengapa orang-orang banyak yang bermimpi dapat bekerja di perusahaan minyak. Karena terang saja, bisa mendapatkan kesempatan bekerja di sana, secara itung-itungan matematis berarti kemakmuran yang didapat. Karena gajinya sudah jelas akan melangit.

Nampaknya edan juga ya, kalau semua orang ingin pergi ke dunia minyak. haha... Dan untung saja saya bukan termasuk ke dalam kategori orang-orang yang seperti itu.

Saya tidak ingin menjadi orang-orang yang teramat kaya yang mempunyai gaji selangit, kelak. Tetapi, saya hanya ingin menjadi orang berkecukupan, di mana setiap keinginan saya dapat terpenuhi. Dan sejauh ini, keinginan saya akan sesuatu yang bersifat duniawi tidaklah aneh-aneh.  Dan semoga sampai nanti juga selalu seperti itu. Karena yang terpenting bagi saya adalah kebahgiaan. Apa gunanya mengerjakan dan menekuni sesuatu yang tidak kita suka? 

Kamu salah satu orang yang ingin masuk ke perusahaan minyak? Yakin passion kamu ada di situ? Atau... hanya ingin berorientasi pada duit?

Well...! That's your choice, guys!!! :-)























Jumat, 05 Oktober 2012

Kau, Waktu, Kesempatan, dan Perasaan

Perasaan. Sesuatu yang dimunculkan begitu saja oleh sebentuk hati. Kadang dia begitu lembut tercipta dalam suasana yang begitu melankoli. Namun tak jarang dia hadir sebagai sesuatu yang liar, yang kita bahkan tak mampu sedikitpun mengendalikannya.

Kesempatan. Sesuatu yang muncul paralel dengan waktu. Keduanya identik, menghadirkan jeda untuk dicerna dan menciptakan spasi untuk dilewati. Namun, satu yang harus manusia ketahui adalah waktu tak selalu beriringan dengan kesempatan. Waktu selalu ada, yang sejatinya selalu hadir tanpa henti. Namun, kesempatan, dia tidak selalu sejalan dengan waktu.

Kau. Kau seperti waktu. Selalu hadir dalam ruangku, di mana kekosongan yang akhirnya benar-benar menjadi kosong. Karena kau mengisinya dengan perlahan. Kau tidak seperti kesempatan, yang sejenak datang lalu sedetik kemudian dapat menghilang. Kau lebih dari sekadar diam menciptakan jeda dan spasi untuk kueja. Namun, entah bodohnya aku yang sampai saat ini masih terus mengeja dan mengeja tanpa bisa membahasakannya.

Kau (lagi). Kau mungkin tidak mengerti dan tidak merasa. Entahlah. Tapi, mengapa harus aku yang mengerti? Juga kenapa aku yang harus mengeja?   

Kau, waktu, dan kesempatan, perasaan. Orang bilang jangan pernah menunggu kesempatan. Karena ia tak seperti waktu yang bahkan selalu lewat untuk sekadar menyapamu. Kesempatan itu selalu ada, hanya saja mata kita terlalu kabur untuk melihatnya. Mungkin perlu sejumlah keberanian untukku memulai melihat kesempatan itu menjadi nyata dan lalu menurutinya untuk mengungkapkan perasaan yang semakin liar ini.

(Untuk seseorang yang begitu istimewa)