"Memodelkan alam adalah satu cara untuk mendekati fenomena-fenomena yang terjadi di alam dengan beberapa pendekatan-pendekatan. Bagimana jika hidup dapat dimodelkan secara matematis?"
Dalam beberapa hari ini, saya
sedang disibukkan dengan sebuah praktikum pemodelan di kuliah saya. Sedikit
info, kuliah saya memang sangat identik dengan yang namanya pemodelan.
Pemodelan yang saya maksud di sini adalah semacam memodelkan fenomena-fenomena fisik
dan dinamis yang terjadi di lingkungan laut secara numerik. Tujuan akhir dari
pemodelan ini adalah terbentuknya satu model sederhana mengenai proses-proses
tersebut yang nantinya akan sangat berguna untuk keperluan analisis
proses-proses yang terjadi di medan yang sebenarnya.
Laut, sebagaimana komponen alam
yang lain adalah satu objek yang begitu kompleks. Banyak proses terjadi di
sana, yang sebenarnya tidak bisa untuk kita bahasakan dengan tingkat keakuratan
100%. Karena yang seperti itu benar-benar tidak mungkin. Lalu, jika kita sudah
tau hal yang demikian, untuk apa kita melakukan pemodelan?
Pertanyaan ini sebenarnya sudah saya
pikirkan di masa-masa awal saya sebagai mahasiswa Oseanografi. Pemodelan itu
bisa diartikan sebagai sebuah pendekatan. Yaitu satu bentuk tindakan untuk
mendekati fenomena yang terjadi di alam.
Bagi saya, alam menyajikan
peristiwa-peristiwa yang menarik untuk saya lihat dan saya bahasakan. Beberapa
fenomena-fenomenanya dapat didekati dengan cara matematis. Ya, bukankah beberapa hal di dunia ini memang terlihat serba
berkakulasi? Pun dengan hal yang terjadi di lautan, saat di mana satu
sampah terapung di sebuah teluk di Jakarta yang dapat kita ramalkan
persebarannya. Sampah memang menjadi satu masalah yang penting, yang
bertanggung jawab terhadap satu pertanyaan “kenapa
alam yang sekarang tidak seindah yang dulu?”. Untuk itu persebarannya harus
kita modelkan, kita analisis, agar tidak merusak lingkungan.
Bicara mengenai pemodelan, tentu
tidak akan pernah lepas yang namanya parameter-parameter masukan. Metode yang
digunakan adalah memasukkan variabel-variabel tertentu, membuat persamaan
matematis, melakukan simulasi dengan selang waktu dan ruang tertentu,
menentukan batas, serta menghasilkan output.
Itu prosedur yang sangat sederhana dan umum. Seperti itu juga yang terjadi ketika kita memodelkan sampah laut terapung ini. Dengan memasukkan data peramalan pasang surut air laut sebagai pembangkit arus, serta membuat persamaan-persamaan pengatur yang berupa persamaan hidrodinamika dan menentukan batas kajian, kita dapat melakukan simulasi sederhana terhadap fenomena alam ini. Hasil model ini adalah satu bentuk model yang menunjukkan peramalan pergerakan partikel yang terjadi secara trajektori. Peramalan bahkan dapat dilakukan sampai jauh ke masa depan, sesuai dengan kebutuhan. Prinsip yang digunakan dalam melakukan pemodelan sangat sederhana, “meramalkan kejadian hari ini dengan memasukkan variabel-variabel terkait untuk mendapatkan hasil di masa depan”.
Itu prosedur yang sangat sederhana dan umum. Seperti itu juga yang terjadi ketika kita memodelkan sampah laut terapung ini. Dengan memasukkan data peramalan pasang surut air laut sebagai pembangkit arus, serta membuat persamaan-persamaan pengatur yang berupa persamaan hidrodinamika dan menentukan batas kajian, kita dapat melakukan simulasi sederhana terhadap fenomena alam ini. Hasil model ini adalah satu bentuk model yang menunjukkan peramalan pergerakan partikel yang terjadi secara trajektori. Peramalan bahkan dapat dilakukan sampai jauh ke masa depan, sesuai dengan kebutuhan. Prinsip yang digunakan dalam melakukan pemodelan sangat sederhana, “meramalkan kejadian hari ini dengan memasukkan variabel-variabel terkait untuk mendapatkan hasil di masa depan”.
Setelah merampungkan model ini,
saya mendadak berpikir, “Andai kehidupan manusia bisa seperti alam, dapat dibahasakan
dengan model matematis, tentu ini akan sangat menarik.”
Jadi kita masukkan
variabel-variabel terkait, yang tidak lain adalah karakter kita sendiri,
angan-angan, serta apapun yang merupakan kepunyaan kita sebagai bahan inputan. Lalu,
persamaan pengatur... apa ya persamaan pengaturnya?? Nah ini jadi masalah
ternyata setelah saya pikir-pikir saya jadi bingung sendiri persamaan apa yang
mampu mengatur kehidupan manusia? Kamu tahu??
Dan hal luar biasa tentu ada di bagian
hasil model. Kita bisa melakukan peramalan hidup ini dengan cara matematis,
yang tentu ini akan menjadi lebih bagus tingkat akurasinya dibandingkan dengan
peramalan ala paranormal-paranormal khas negeri ini. Jelas saja.
Hey, ini peramalan yang mengikuti prosedur science!! Kurang keren apa
coba??
Dengan model ini, kita bisa meramalkan
kehidupan kita di masa depan, bisa melihat seperti apa kita di kemudian hari
nanti. Jika hasil di masa depan sudah sesuai dengan keinginan kita, tentu itu
akan menjadi hal yang sangat bagus. Namun, jika yang terjadi sebaliknya... ya
kita bisa otak-atik variabelnya,
artinya kita bisa ubah sifat-sifat buruk kita, kita ubah mindset hidup kita, dan hal-hal lain yang mendukung cita-cita kita
sampai hasil di masa depan sesuai dengan keinginan kita. Asyik sekali ya
kedengarannya.
Tapi... hey tunggu dulu, bukankah pada dasarnya manusia adalah sosok
makhluk yang tidak pernah puas?? Jangan-jangan segala peramalan akan raihan
hidup di masa depan itu, betapapun bagusnya setelah variabel-variabel terkait
direkayasa manusia tetap tidak akan pernah puas. Hmm...
Nampaknya, ide ini memang gila. Dan
tampaknya jika hidup manusia memang bisa diramalkan melalui model, rasanya saya
harus melakukan cross check dengan
pernyataan saya sebelumnya. Karena hidup ini tidak akan terlihat menarik lagi. Tidak
akan ada kejutan, karena semuanya bisa diketahui melalui peramalan. Padahal,
satu sensasi indah hidup ini adalah menanti dan merasakan kejutan-kejutan yang
Tuhan berikan di setiap detiknya.
So, the best way for us is to know how live walks around us, naturally.
0 komentar:
Posting Komentar