Sebagai seorang
manusia, kita membutuhkan komunikasi untuk dapat berinteraksi dengan sesama.
Dalam hal ini, bahasa memegang peranan penting. Hidup ini tidak sederhana. Mungkin
kamu sudah tahu mengenail hal ini. Karena ketidaksederhanaan ini, sering
terdapat beberapa kata—yang merupakan bagian dari bahasa yang mempunyai ejaan
sama namun memberikan makna yang berbeda. Kalau saya tidak salah ingat, kata
guru Bahasa Indonesia semasa SMP dulu namanya homograf.
Titik.
Mungkin sebagian besar dari kita mengartikan kata ini untuk menyebutkan sebuah
tanda baca “.”. Tanda ini biasanya kita gunakan untuk menandai akhir dari
sebuah kalimat atau pernyataan. Ya, dalam hal ini ‘titik’ berarti ‘akhir’.
Akhir berarti suatu keadaan dimana sudah tidak akan lagi kelanjutannya. Namun,
sebuah kalimat yang diakhiri dengan tanda titik tidak berarti ‘tidak ada lagi
kalimat setelah ini’. Betul?
Makna ini dapat dibenarkan untuk satu kalimat penutup dalam sebuah paragraf, misalnya. Tetapi, jika kalimat-kalimat ini ada dalam sebuah paragraf—dan bukan merupakan kalimat terakhir, tentu setelah kalimat ini akan ada kelanjutan kalimat berikutnya. Entah itu kalimat yang masih dalam satu rumpun pembahasan dengan kalimat sebelumnya, atau juga kalimat baru dengan pembahasan hal yang baru juga. Dalam hal ini, definisi ‘titik’ yang menandai suatu keadaan yang ‘akhir’ tidak sepenuhnya bisa dibenarkan.
Makna ini dapat dibenarkan untuk satu kalimat penutup dalam sebuah paragraf, misalnya. Tetapi, jika kalimat-kalimat ini ada dalam sebuah paragraf—dan bukan merupakan kalimat terakhir, tentu setelah kalimat ini akan ada kelanjutan kalimat berikutnya. Entah itu kalimat yang masih dalam satu rumpun pembahasan dengan kalimat sebelumnya, atau juga kalimat baru dengan pembahasan hal yang baru juga. Dalam hal ini, definisi ‘titik’ yang menandai suatu keadaan yang ‘akhir’ tidak sepenuhnya bisa dibenarkan.
Namun,
pernahkah kamu berpikir atau kepikiran tentang makna lain dari sebuah ‘titik’?
Dalam sebuah perenungan didalam bus ketika sedang mengadakan perjalanan Bandung
– Jepara saya sempat berpikir tentang hal ini. Bagi kamu yang sudah pernah
belajar, atau sekadar membaca-baca buku-buku astronomi, tentu sudah tidak asing
dengan Teori Big Bang kan? Teori ini menjelaskan tentang kehidupan alam semesta
yang ternyata tidaklah diam atau bersifat statis. Dalam teori itu, dijelaskan
bahwa alam semesta yang ada sekarang, dulunya terbentuk dari sebuah partikel (titik)
yang mengalami pengambangan secara perlahan menjadi lebih besar dan lebih besar
sampai akhirnya terbentuklah alam semesta yang seperti saat ini. Dalam hal ini,
‘titik’ dapatlah kita artikan sebagai sebuah ‘awal’ atau ‘permulaan’, yang
menandai kebangkitan, pertumbuhan atau asal-muasal suatu objek. Nah lho!!! Kalau
kamu perhatikan dengan baik tentu ini berlawanan dengan definisi ‘titik’ yang
lain kan?
Dari
pembahasan dua paragraf sebelumnya, ketika mendengar atau melihat kata ‘titik’,
ada 3 hal yang bisa saya tangkap:
- Akhir yang benar-benar akhir
- Akhir yang sebenarnya belum berakhir
- Awal yang menunjukkan permulaan
Kamu
pusing nggak? Atau merasa tidak setuju dengan argumen saya di atas? Well. Dunia ini penuh dengan kebebasan
kawan, termasuk soal pendapat J
Yasudahlah, saya malah jadi pusing sendiri dengan
si titik!
0 komentar:
Posting Komentar