Jumat, 21 Desember 2012

Kata Mereka... Ini yang Terakhir

D e s e m b e r

Begadang di malam ke-20, sengaja untuk ingin tahu dini hari ke-21. Ternyata manusia memang peramal terhebat. Bukannya aku percaya dengan ramalan tak mengenal iman itu. Dan aku bersyukur sampai saat ini, imanku masih baik, bahwa kiamat adalah rahasia terhebat Tuhan, yang tidak akan terbocorkan waktu pastinya.

Dan ternyata semua masih seperti biasanya. Sebuah kepuasan melihat peramal-peramal itu salah. Aku lega saat membuka pintu kamar, melihat keluar, dan semua masih baik-baik saja. Seduh kopi hitam, pekat, dan hangat masih bisa kunikmati dengan damai.

Aku lega masih bisa mengingat-Nya. Dan ramalan ini benar-benar hebat. Membuatku berpikir, seandainya hari itu benar-benar akan tiba. Membayangkan bahwa waktu begadangku di satu malam untuk melihat persilangan waktu siang-malam benar-benar menjadi yang terakhir. 

Akhirnya aku disadarkan. Untuk kembali dan masih akan terus mengingat Tuhan.

*
Terimkasih Tuhan

Selasa, 20 November 2012

Seekor Semut Hitam


Hari ini dan seperti hari-hari kemarin,
ribuan tetes air hujan merintik
jatuh bebas sampai menemui batas
lalu pecah, buyar...


Ada butir yang hancur memencar ke segala arah
karena mengenai selembar daun hijau muda
Seekor semut kecil bermain-main di atasnya,
yang telah hidup sepanjang hidupnya di sebuah pohon Beringin,
ikut terlempar sekenanya
dengan badan menengadah, mata melihat langit
Butir demi butir air menamparnya berulangkali,

Senin, 19 November 2012

Tak Seharusnya Aku di Sini

Dalam hidup ini, aku yakin tak semua orang mengerti tentang apa yang dia pilih, tentang jalan yang ia lewati, dan tentang tempat yang akan ia kunjungi. Mungkin kau pernah merasa salah pilih. Salah jalan. Salah langkah, Atau salah tempat. Kau benci dengan itu semua. Kau berteriak. Kau menangis. Kau marah. Tanpa berhenti mengumpat lalu bertanya 'Kenapa?'

Satu lagi, mungkin. Kau juga pernah mengalami satu perasaan, yang bernama penyesalan. Dan yang kau tahu, penyesalan itu selalu datang di akhir. Ya, ia selalu terlambat. Terlintas lagi sebuah tanda tanya besar di otakmu, lalu kau bertanya lagi, 'Kenapa?'

Dan jika saja kau mengalami itu semua, itulah aku di pagi ini. Sebuah perasaan jenuh dan merasa 'tak seharusnya aku di sini' selalu menjadi topik di hampir setiap pagi.

Menjemukan. Dan aku ingin berlari, pergi menjauh dari tempat ini.

Minggu, 11 November 2012

Mencari Dia yang Sama-Sama Bosan Sendiri

Pernahkah kau merasa sepi?
hingga merasa tak ada lagi yang peduli
denganmu?

Kau lihat orang-orang di sekitarmu
melihat keluar dan berbicara sekenanya
tanpa pernah melihatmu,
padahal kau ada di dekatnya


Pernahkah kau merasa benar-benar sendiri?
hingga penat semakin menjadi-jadi
dan bosan ingin mengutuki
...waktu?

N o v e m b e r

November...
dua dasawarsa silam
saat Dia memberi sebuah kesempatan
atas jawaban sebuah doa
Bunda...

Selamat pagi dunia,
sebelas November, tanggal kenangan
di mana jiwa menjadi baru
atas sebuah pengharapan
awal...

Suatu gelap memang telah melintas
di hari-hari lalu yang kelam
tapi siapa yang mau diam dalam kegelapan?
sementara cahaya menanti di depan, masih ada
kesempatan...

Agaknya hujan telah turun karena kegelapan
yang perlahan membasahi kekeringan,
dan menghapus segala kotor kesalahan,
dan noda hitam karena kejahatan
kemarin...

Mungkin tak ada kata sempurna
yang memang manusia tak berhak atasnya
tapi siapa yang tak menginginkan kemajuan?
selama esok masih bisa terang
benderang...

*
(sebuah pengharapan yang kembali bersemi, tepat di dasa warsa november)

--Bandung, 11 November 2012--







Senin, 15 Oktober 2012

Suatu Sabtu - Minggu yang Tidak Biasa

Sabtu dan Minggu...

Bagi kebanyakan orang, dua hari ini mungkin menjadi hal yang relatif begitu menyenangkan jika dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Kamu mungkin juga tidak terlalu terkejut dengan alasan mengapa saya berani menulis statement ini. Jelas saja karena pada dua hari ini, orang-orang bisa melakukan moment liburan. Walaupun bagi sebagian orang, mungkin hanya mendapat jatah berlibur di hari Minggu saja atau bahkan jatah liburnya lebih dari dua hari itu.

Well...

Tidak biasa. "Tidak biasa seperti apa nih, maksudnya?" Mungkin Kamu bertanya-tanya untuk mencari jawab.

Baik. Akan saya jelaskan.  Jadi, di dua hari ini, Sabtu dan Minggu (13-14 Oktober 2012), saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi panitia ITB Career Center 2012 yang berlangsung di Gedung Sabuga ITB.

Anyway, ITB Career Center 2012, bulan Oktober, merupakan jobfair terbesar di tahun 2012 yang diikuti oleh 74 perusahaan dengan latar belakang yang bermacam-macam. Acaranya diselenggarakan selama 3 hari (12-14 Oktober 2012). Namun, saya hanya ikut ambil bagian di dua hari terakhir saja.

Pada moment dua hari tersebut saya ditempatkan di ruang presentasi. Di sini, akan berlangsung presentasi dari perusahaan-perusahaan yang mendaftar untuk mempresentasikan segala hal tentang perusahaannya, meliputi sejarah berdiri, karir, prestasi, struktur dalam perusahaan, recruitment, dan tentu saja sesi tanya jawab bagi para peserta. Para peserta presentasi kebanyakan merupakan para jobseeker tetapi beberapa di antara mereka juga ada mahasiswa undergraduate yang ingin tahu lebih jauh tentang dunia perusahaan.
Ada 3 ruang presentasi, yang di dalamanya berlangsung presentasi dari beberapa perusahaan dengan latar belakang yang beragam. Beberapa ada yang berbasis perminyakan, pertambangan, konsultan, advertising, media & communication, construction, manufacturing, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di sini perusahaan-perusahaan dengan latar belakang yang sama diusahakan tidak akan ditempatkan di satu ruang yang sama pula. Perusahaan-perusahaan dengan latar belakang yang sama akan dibagi per ruang dengan komposisi yang sebisa mungkin sama. Sehingga dalam sebuah ruang presentasi, kita akan menemui sebuah perusahaan dengan background yang berbeda.

Dan saya ditempatkan di ruang presentasi 2.

Mendapatkan posisi untuk menjaga ruang presentasi merupakan satu kebahagiaan tersendiri bagi saya. Kenapa? Karena saya dapat dengan leluasa ikut serta mendengarkan prsentasi dari setiap perusahaan yang masuk dengan gratis. hehe...

Di sana, saya bertanggung jawab terhadap semua hal yang berkenaan dengan presentasi setiap perusahaan. Mulai dari mempersiapkan laptop, infokus,  dan juga microphone, mengedarkan buku tamu, serta sebagai PJ timekeeper yang mengingatkan slot waktu presentasi setiap perusahaan.

Ada suka duka yang saya alami sebagai penjaga ruang presentasi. Dan tentunya ada pelajaran berharga juga yang ingin saya bagi kepada kalian.


Satu ruang satu orang. Begitu yang saya alami, harus menjaga satu ruangan penuh sendirian. Karena partner saya yang sebelumnya diamanahi untuk menjaga ruang prsentasi 2 bersama saya secara tiba-tiba sakit dan tidak bisa ikut serta dalam acara. Dan percayalah, kawan. Ini sangat melelahkan. Mungkin kali ini saya harus percaya dengan kata-kata Danlap  Osjur Himpunan saya beberapa waktu yang lalu, bahwa lapangan itu sulit untuk diprediksi. Dan benar saja, selama dua hari ini, ada-ada saja hal tak terduga yang tiba-tiba terjadi. Seperti infokus yang bermasalah sehingga pihak perusahaan merasa jengkel lalu memarahi saya habis-habisan. 

Dan saat-saat pihak perusahaan marah seperti ini, sebetulnya saya merasa gondok setengah mati. Tapi kembali saya mengingat syarat awal ketika perekrutan panitia. Bahwa apapun yang terjadi, bagaimanapun keadaannya, senyum tetap menjadi harga mati. Jadi... ya, saya tetap mencoba untuk selalu tersenyum dengan maki-makian yang saya terima.

Suatu visualisasi manusiawi juga terlihat dengan gamblang di sini. Pernah dengar ungkapan "Ada gula ada semut?"
Ya...! Ungkapan itu nampaknya benar-benar mutlak benar untuk keadaan dua hari ini. Di mana dalam sebuah sistem yang yang di dalamnya terdapat begitu banyak kenikmatan, maka secara spontan sistem itulah yang akan diserbu oleh variabel-variabel terkait.

Ceritanya begini. Di hari Sabtu, waktu itu, di ruang 1 sedang berlangsung presentasi dari sebuah perusahaan energi yang bergerak dalam segala aspek tentang minyak dan gas, yang (katanya) terbesar di dunia. Sementara di ruang 2 (tempat saya berjaga) dalam waktu yang hampir bersamaan berlangsung presentasi dari perusahaan asing penghasil barang-barang konsumen. 

Dan tahukah Anda, betapa memprihatinkannya kondisi ruang presentasi ruang 2. Dalam tempo 1 jam jdwal presentasi, hanya ada satu orang saja yang masuk untuk mendengarkan presentasi dari perusahaan. Sehingga 1 orang dibriefing oleh 2 orang dari perusahaan tersebut.

Lantas di mana pengunjung dan jobseekers yang lain?  

Seperti sebuah magnet, ruang prentasi 1 yang diisi oleh perusahaan yang berbasis minyak menarik orang-orang Indonesia ke dalamnya. Dan dampaknya dua ruang prsentasi yang lain harus rela sepi. 

Dalam kasus ini, sangat terlihat tabiat orang Indonesia yang begitu bernafsu terhadap sesuatu yang berbau minyak. Banyak orang yang ingin ke sana. Banyak orang yang memaksa agar bisa masuk ke dunia perminyakan padahal jelas background mereka bukan di situ.

Apa yang sebenarnya mereka ingin cari? Saya pernah berbincang dengan kawan saya. Sebut saja namanya X.

X: Gw pengen ke Schlumberger boi.
A: Oh ya, kenapa? Bukannya sekarang kamu kuliahnya di Biologi?
X: Itu keinginan boi, semua pasti bisa berangkat dari  mimpi. Gw bisa ambil S2 di perminyakan kan...
A: (geleng-geleng)... Emang kalau udah di  sono mau ngapain?
X: Ya kerja. Dapet duit banyak.
A: (...)

Di sini saya cukup tahu alasan mengapa orang-orang banyak yang bermimpi dapat bekerja di perusahaan minyak. Karena terang saja, bisa mendapatkan kesempatan bekerja di sana, secara itung-itungan matematis berarti kemakmuran yang didapat. Karena gajinya sudah jelas akan melangit.

Nampaknya edan juga ya, kalau semua orang ingin pergi ke dunia minyak. haha... Dan untung saja saya bukan termasuk ke dalam kategori orang-orang yang seperti itu.

Saya tidak ingin menjadi orang-orang yang teramat kaya yang mempunyai gaji selangit, kelak. Tetapi, saya hanya ingin menjadi orang berkecukupan, di mana setiap keinginan saya dapat terpenuhi. Dan sejauh ini, keinginan saya akan sesuatu yang bersifat duniawi tidaklah aneh-aneh.  Dan semoga sampai nanti juga selalu seperti itu. Karena yang terpenting bagi saya adalah kebahgiaan. Apa gunanya mengerjakan dan menekuni sesuatu yang tidak kita suka? 

Kamu salah satu orang yang ingin masuk ke perusahaan minyak? Yakin passion kamu ada di situ? Atau... hanya ingin berorientasi pada duit?

Well...! That's your choice, guys!!! :-)























Jumat, 05 Oktober 2012

Kau, Waktu, Kesempatan, dan Perasaan

Perasaan. Sesuatu yang dimunculkan begitu saja oleh sebentuk hati. Kadang dia begitu lembut tercipta dalam suasana yang begitu melankoli. Namun tak jarang dia hadir sebagai sesuatu yang liar, yang kita bahkan tak mampu sedikitpun mengendalikannya.

Kesempatan. Sesuatu yang muncul paralel dengan waktu. Keduanya identik, menghadirkan jeda untuk dicerna dan menciptakan spasi untuk dilewati. Namun, satu yang harus manusia ketahui adalah waktu tak selalu beriringan dengan kesempatan. Waktu selalu ada, yang sejatinya selalu hadir tanpa henti. Namun, kesempatan, dia tidak selalu sejalan dengan waktu.

Kau. Kau seperti waktu. Selalu hadir dalam ruangku, di mana kekosongan yang akhirnya benar-benar menjadi kosong. Karena kau mengisinya dengan perlahan. Kau tidak seperti kesempatan, yang sejenak datang lalu sedetik kemudian dapat menghilang. Kau lebih dari sekadar diam menciptakan jeda dan spasi untuk kueja. Namun, entah bodohnya aku yang sampai saat ini masih terus mengeja dan mengeja tanpa bisa membahasakannya.

Kau (lagi). Kau mungkin tidak mengerti dan tidak merasa. Entahlah. Tapi, mengapa harus aku yang mengerti? Juga kenapa aku yang harus mengeja?   

Kau, waktu, dan kesempatan, perasaan. Orang bilang jangan pernah menunggu kesempatan. Karena ia tak seperti waktu yang bahkan selalu lewat untuk sekadar menyapamu. Kesempatan itu selalu ada, hanya saja mata kita terlalu kabur untuk melihatnya. Mungkin perlu sejumlah keberanian untukku memulai melihat kesempatan itu menjadi nyata dan lalu menurutinya untuk mengungkapkan perasaan yang semakin liar ini.

(Untuk seseorang yang begitu istimewa)

Rabu, 19 September 2012

Masih (Mimpi)

Ketika mentari pagi terbangun,
dia merajutnya, sebuah mimpi yang dia agungkan

Ketika siang hadir bersama teriknya,
dia terbangun, masih bersama mimpinya yang terlalu timur

Ketika senja bergelantungan mega,
dia masih terlihat siap, masih dengan mimpinya

Ketika malam datang membunuh mentari,
dia masih terjaga, masih bersama mimpi paginya

Hari demi hari berlalu,
pagi, siang, senja, malam bergantian melaju

Bulan demi bulan menghilang
membawa satu cerita fiksi tentang mimpi

Tahun, windu, abad, dan apapun itu namanya berlanjut
dan dia masih tetap sama, membanggakan mimpinya

Merah tua memulai memudar, berganti warna muda
mimpi bulat mulai menghilang, berganti cerita usang

Sampai masa senja datang, sampai mata terlihat tak terang
dia mulai berpikir, apa gunanya bermimpi?

Dia berpikir dan masih berpikir
dan masih bertanya mengapa harus selalu berpikir?

Dia mempertanyakannya kepada Tuhan
sampai dia benar-benar sadar, mimpinya menghilang

Rabu, 05 September 2012

Tentang Sebuah Cerita: Drawana


(5 September 2012)
Kita lahir melalui cerita dan akan mengalir membawa cerita. Drawana... Langit, Laut, Satu!!!
Sebuah nama, sebuah cerita. Tepat satu tahun yang lalu, kita dilahirkan dan diikat menjadi satu, atas nama: DRAWANA. Masih segar di ingatan (walau aku tak ikut berperan memberi masukan nama Drawana), sang kapten berjuluk Kopral Age mencetuskan nama ini via grup Facebook DRAWANA. Nama ini dibuat tidak lekas jadi dan asal buat. Tanggal lahirnya cantik, 5/9/11, tepat pukul 17.00 WIB. Yang memang tanggal tersebut dipilih sesuai jumlah anggota Drawana: 59. 

Kata 'Drawana' lahir dari bahasa Sansekerta, yang bermakna 'mengalir'. Di mana, mengalir adalah kata yang pas untuk menggambarkan dua kelompok yang saling 'mengalir', Oseanografi dan Meterologi. Ya, mengalir. Oseanografi dengan lautnya, dan Meteorologi dengan udaranya. Keduanya adalah fluida yang sama-sama mempunya sifat yang sempurna: mengalir. Begitu penjelasan singkat seorang Age. 

Bagiku, Drawana adalah sebuah kepingan yang terpisah lalu kembali  menggenapi mozaik hidup yang sampai saat ini masih belum utuh. Bersamanya, terjalin sebuah cerita menuju kehidupan yang membuatku lebih dewasa dan lebih mengerti sebuah arti kata baru: persahabatan.

Selamat hari jadi yang pertama, Drawana. Semoga kita semakin satu dan dewasa!

Selasa, 04 September 2012

Hey!

Hey!!!

Jadi bagaimana kabarmu pagi ini, Cinta?

Apakah kau masih seperti biasanya, terlihat bercahaya di antara terangnya cahaya mentari?

Apakah kau masih terlihat menarik walau tanpa aksesori apapun?

Apakah kau akan datang pagi ini dengan menunjukkan muka manismu lalu tersenyum penuh riang menghibur?

Aku percaya kelak kita akan bersama meski sekarang belum. Apalagi yang bisa kulakukan, selain percaya? Karena tidak ada kesempatan untukku berbicara?

(Dimana Cinta, kucari, kumenemukannya, dan dia enggan berbicara).


Senin, 03 September 2012

Ternyata Saya adalah ‘Cucu Bima’



20 Agustus 2012
2 Syawal 1433 H

Lebaran. Waktu untuk berkunjung ke rumah saudara-saudara. Dan karena orang tua saya berasal dari keluarga besar maka saudara-saudara saya juga banyak. Keluarga besar yang saya maksud di sini bukanlah dari segi materi, tentu akan sangat memprihatinkan jika kita hanya bisa mengira ukuran besar/kecilnya sebuah keluarga melalui hitungan materi. Besar di sini adalah sebuah ukuran yang tergambarkan secara kuantitas anggota keluarga. 

Tetapi untungnya, jumlah yang banyak itu tidak terpencar-pencar berjauhan. Mereka berdomisili cukup berdekatan dan cenderung mengumpul di  satu wilayah. Dan itu menjadi pemandangan yang cukup baik bila kita ingin berkunjung satu demi satu ke rumah-rumah mereka. Tetapi, bagi saya kurang seru sih karena sebenarnya saya lebih menikmati bila mereka berdomisili secara berpencar. Karena dengan begitu kan untuk mengunjungi mereka, saya bisa sekalian jalan-jalan dan pastinya beda tempat beda kultur dan so pasti cerita hidup menjadi lebih beragam. Haha...

Satu kunjungan di hari kedua lebaran. Rumah yang dituju tidak terlalu jauh dari kediaman. Hanya sekitar 15-20 menit dengan kelajuan 60 km/jam untuk mencapainya. Dia adalah kakek jauh saya. Adiknya orang tua ayah. Namanya Mbah Kawi. 

Mbah Kawi merupakan salah satu cerita yang berbeda di lebaran kali ini. Kata Ayah, umurnya sudah sekitar 75-80 tahun. Entahlah. Tidak ada yang tahu secara pasti tanggal kelahirannya. Hal yang mengejutkan darinya adalah  bahwa perawakan fisik bisa membodohkan manusia, bila ukurannya hanya sebatas usia. Betapa tidak, badannya masih kekar berotot dan tampak sehat serta tetap memiliki aura pejantan yang tangguh, sebuah aura yang menjadi khas keluarga kakek. 

Rabu, 29 Agustus 2012

Sedetik Lebih Lama


Dia. Akhirnya hari ini kita bertemu. Ada banyak suara, banyak rupa, banyak canda, banyak semuanya.

Tapi hanya dia yang menjadi pusat penglihatanku. Dia di depan. Di bangku depan. Juga melihat ke depan.  

Sementara aku di belakang, juga melihat ke depan. Tapi berbeda. Tak sama dengannya, apa yang tengah kuperhatikan. Dia melihat sesuatu yang memang sudah seharusnya kita dan orang-orang lain perhatikan. Tapi aku tidak.

Dia. Masih seperti dulu. Selalu menarik dengan sendirinya. Bahkan diam pun indah untuknya. Tanpa tempelan, aksesori, perhiasan. Tanpa embel-embel yang dibuat-buat. Iya. Dia alami. Dan aku suka. 

Dan itulah kenapa hari ini aku melakukannya Sedetik menatapnya lebih lama, lebih dalam dibanding biasanya. Aku tak berani lama-lama. Sungguh. Karena dia akhirnya tahu sesorot mata sedang memandangnya dari kejauhan.

Dia menatapku. Mata kita bertemu sekarang, saling menatap. Datar. Aku malu. Masih malu-malu.

Selasa, 14 Agustus 2012

When You Are Down!



04 Agustus 2012


Adalah hari yang sangat tidak biasa. Situasi di mana aku begitu ‘sedang tidak ingin melakukan apa-apa’. Keadaan malas tingkat dewa. Semuanya mendadak berubah, sangat lain dari biasanya. Banyak hal yang tidak berjalan sesuai dengan sebagaimana mestinya.

Seperti pola tidur yang sudah beberapa hari ini berada di jalur yang tidak bisa dianggap benar: pola hidup kelelawar. Mematikan diri di siang bolong dan membuka mata lebar-lebar di malam panjang.
Dan cuaca yang ikut-ikutan berperan, panas luar biasa. Melebihi hari-hari sebelumnya. Ini begitu berbeda. 

Laptop pun mendadak beralih fungsi menjadi sarana ngegame yang begitu enak. Ia seakan menggoda untuk digunakan ngegame dan selalu seperti itu secara tiba-tiba saja.
Dan gayung bersambut jamban. Aku juga begitu menikmati ‘panggilan’ itu. Begitu dari kemarin, kemarinnya kemarin, dan kemarinnya lagi. Ini terasa begitu mengasyikkan. 

Satu game yang begitu nyaman sekali untuk dimainkan, PES 2012. Dan untuk saat ini aku benar-benar sedang menikmati perjalananku di Master League. Di mana aku merasa kebebasanàFootball Life benar-benar begitu kudapatkan.

Jumat, 27 Juli 2012

Yang Tak Terduga



Banyak hal yang nggak terduga, yang kita alami setiap hari. Seperti misalnya malam tadi. Pengalaman pertama membaca buku Tere Liye. Yap, ini kali pertama saya membaca buku Tere Liye. Dan buku pertama yang beruntung banget bisa saya geluti adalah Berjuta Rasanya. 

Semula saya sama sekali nggak tertarik membaca buku pengarang yang satu ini. Pernah satu waktu, melihat temen sedang membaca salah satu buku Tere Liye. Pada kesempatan itu, seperti biasa, saat melihat temen sedang asyik membaca, saya selalu ingin tahu buku apa sih yang dibaca. Saya lantas meminjam untuk sekadar mengintip judul buku, siapa penulisnya, dan apa nama penerbitnya. Yang tak lama kemudian saya tahu nama pengarang buku tersebut, Tere Liye.

Tere Liye merupakan satu pengarang yang cukup berbeda dengan pengarang-pengarang lokal yang Indonesia miliki saat ini.

Jumat, 29 Juni 2012

Saya, Tanpa Laptop


Sejak Senin, 25/06/12 lalu laptop semata wayang saya masuk bengkel. Kasusnya simple, internal fan-nya rusak. Gara-gara kebanyakan saya gunakan untuk maen game. Jadi ya gitulah. Doi berontak.

Saya baru menyadari kehampaan hari-hari tanpa laptop. Menyedihkan juga rasanya. Saya baru sadar betapa bergantungnya saya dengan benda satu itu. Biasanya, laptop saya yang selalu menemani hari-hari saya setiap detik. Bagi seorang jomblo seperti saya, laptop memang sudah menjadi kebutuhan utama yang nggak tergantikan.

Saya bisa nonton film, denger musik, baca ebook, maen game, nulis, dan aktivitas lain yang biasanya rutin saya lakukan. Sekarang? Saya cuman bisa banyak molor. Dan tentu saja FTV menjadi menu wajib yang mengganti ‘laptop’. Walau tetep aja saya masih merasa semua belum cukup buat jadi ‘barang pengganti’.

Laptop ibarat teman imajinatif bagi saya. Teman imajinatif yang selalu menemani saya setiap saat.

Dan... Laptop yang notabene hanyalah sebuah benda mati saja bisa sedemikian berartinya, saat ia ngak ada. Apalai manusia?

Saat seseorang yang selalu bersama-sama kita, lalu tiba-tiba saja dalam sekejab ia menghilang. Saat itulah sebenarnya perasaan terberat kita untuk dapat lepas dari dia.