Ketika mentari pagi terbangun,
dia merajutnya, sebuah mimpi yang dia agungkan
Ketika siang hadir bersama teriknya,
dia terbangun, masih bersama mimpinya yang terlalu timur
Ketika senja bergelantungan mega,
dia masih terlihat siap, masih dengan mimpinya
Ketika malam datang membunuh mentari,
dia masih terjaga, masih bersama mimpi paginya
Hari demi hari berlalu,
pagi, siang, senja, malam bergantian melaju
Bulan demi bulan menghilang
membawa satu cerita fiksi tentang mimpi
Tahun, windu, abad, dan apapun itu namanya berlanjut
dan dia masih tetap sama, membanggakan mimpinya
Merah tua memulai memudar, berganti warna muda
mimpi bulat mulai menghilang, berganti cerita usang
Sampai masa senja datang, sampai mata terlihat tak terang
dia mulai berpikir, apa gunanya bermimpi?
Dia berpikir dan masih berpikir
dan masih bertanya mengapa harus selalu berpikir?
Dia mempertanyakannya kepada Tuhan
sampai dia benar-benar sadar, mimpinya menghilang
0 komentar:
Posting Komentar